Nama : Roofy Reizkapuni
NIM : L2D009085
Blog :roofimagination.blogspot.com
PERKEMBANGAN MORFOLOGI KOTA BOGOR
REVIEW ARTIKEL
Seiring meningkatnya angka pertumbuhan penduduk, secara otomatis kebutuhan penduduk pun akan meningkat. Hal ini seolah-olah menuntut kelancaran pembangunan di segala aspek fisik maupun non-fisik. Terlebih lagi di kota-kota besar seperti contohnya Kota Bogor di Provinsi Jawa Barat. Kota ini memiliki curah hujan yang sangat tinggi dan lokasinya dekat dengan Ibukota Jakarta sehingga sangat potensial untuk dikembangkan dalam bidang pertanian, pendidikan dan penelitian pertanian, industri, bisnis serta pariwisata.
Sejak abad ke-19, para perencana kolonial Belanda memanfaatkan keunikan iklim lokal dengan menjadikan Bogor sebagai pusat penelitian botani dan pertanian. Hingga saat ini berbagai lembaga dan fasilitas pendidikan masih dipergunakan secara aktif.
Selain itu, kedudukan geografi Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibukota negara, Jakarta, membuatnya strategis dalam perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Pada tahun-tahun terakhir, jumlah industri berskala kecil dan besar serta bisnis-bisnis komersial lainnya berkembang dengan pesat. Lahan-lahan kosong dimanfaatkan menjadi pusat perbelanjaan, ruko, factory outlet, kuliner, perumahan mewah dan lain sebagainya.
Untuk tempat pariwisata, Kebun Raya dan Istana Bogor merupakan tujuan yang menarik. Kedudukan Bogor di antara jalur tujuan Puncak/Cianjur juga merupakan potensi strategis bagi pertumbuhan ekonomi.
PERMASALAHAN YANG TIMBUL
Persoalan besar yang dialami Kota Bogor sama halnya dengan berbagai kota lain di Indonesia, yaitu ketiadaan koordinasi manajemen pengelolaan kota yang terpadu, sehingga banyak dari berbagai kebijakan dan usaha perencanaan yang tumpang tindih dan saling bertentangan. Hal ini sangat kontraproduktif terhadap usaha pengelolaan kota yang baik.
Pusat-pusat komersial baru memang dapat memperbaiki pertumbuhan ekonomi, namun hal ini ternyata juga menghadirkan persoalan baru. Semakin banyak jumlah penduduk jika diiringi dengan semakin banyak lahan terbangun mengakibatkan kemacetan pada titik-titik tertentu, ditambah lagi dengan sempitnya jalan akibat terlalu banyak alat transportasi umum, yaitu angkutan kota yang mangkal tak beraturan di tepi jalan dan pedagang kaki lima yang kian menjamur.
NIM : L2D009085
Blog :roofimagination.blogspot.com
PERKEMBANGAN MORFOLOGI KOTA BOGOR
REVIEW ARTIKEL
Seiring meningkatnya angka pertumbuhan penduduk, secara otomatis kebutuhan penduduk pun akan meningkat. Hal ini seolah-olah menuntut kelancaran pembangunan di segala aspek fisik maupun non-fisik. Terlebih lagi di kota-kota besar seperti contohnya Kota Bogor di Provinsi Jawa Barat. Kota ini memiliki curah hujan yang sangat tinggi dan lokasinya dekat dengan Ibukota Jakarta sehingga sangat potensial untuk dikembangkan dalam bidang pertanian, pendidikan dan penelitian pertanian, industri, bisnis serta pariwisata.
Sejak abad ke-19, para perencana kolonial Belanda memanfaatkan keunikan iklim lokal dengan menjadikan Bogor sebagai pusat penelitian botani dan pertanian. Hingga saat ini berbagai lembaga dan fasilitas pendidikan masih dipergunakan secara aktif.
Selain itu, kedudukan geografi Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibukota negara, Jakarta, membuatnya strategis dalam perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Pada tahun-tahun terakhir, jumlah industri berskala kecil dan besar serta bisnis-bisnis komersial lainnya berkembang dengan pesat. Lahan-lahan kosong dimanfaatkan menjadi pusat perbelanjaan, ruko, factory outlet, kuliner, perumahan mewah dan lain sebagainya.
Untuk tempat pariwisata, Kebun Raya dan Istana Bogor merupakan tujuan yang menarik. Kedudukan Bogor di antara jalur tujuan Puncak/Cianjur juga merupakan potensi strategis bagi pertumbuhan ekonomi.
PERMASALAHAN YANG TIMBUL
Persoalan besar yang dialami Kota Bogor sama halnya dengan berbagai kota lain di Indonesia, yaitu ketiadaan koordinasi manajemen pengelolaan kota yang terpadu, sehingga banyak dari berbagai kebijakan dan usaha perencanaan yang tumpang tindih dan saling bertentangan. Hal ini sangat kontraproduktif terhadap usaha pengelolaan kota yang baik.
Pusat-pusat komersial baru memang dapat memperbaiki pertumbuhan ekonomi, namun hal ini ternyata juga menghadirkan persoalan baru. Semakin banyak jumlah penduduk jika diiringi dengan semakin banyak lahan terbangun mengakibatkan kemacetan pada titik-titik tertentu, ditambah lagi dengan sempitnya jalan akibat terlalu banyak alat transportasi umum, yaitu angkutan kota yang mangkal tak beraturan di tepi jalan dan pedagang kaki lima yang kian menjamur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar